Sebuah Filosofi

Created by: Kakak Chory

Secangkir kopi selalu menjadi kawan sejati bagi rinai embun di kala pagi. Secangkir? Mungkin kalian semua bingung mengapa aku gemar mengilustrasikan diriku dengan secangkir kopi? Ada hikayat apa yang melatarbelakangi terbentuknya istilah “Coffee Lady”? Biarkan tangan ini bercerita pada kalian tentang aku, kehidupanku, dan secangkir kopi. Jiwaku merasa damai ketika kehidupan yang sangat rumit dapat dianalogikan dengan sebuah benda seperti cangkir. Cangkir itu kecil dan unik. Sama seperti kisahku, terlalu kecil dan sedikit untuk dibagikan namun tak ingin kusimpan sendirian. Terlalu banyak perjalanan yang berliku, kenangan yang mengharu biru, isakan yang memenuhi kalbu, serta mimpi-mimpi yang melambai sendu. Semua hal tersebut yang memberanikan jemariku untuk meninggalkan seberkas jejak lewat tulisan ini. Agar suatu saat ketika aku kembali menoleh ke belakang, kenangan itu masih tetap ada dan tidak menghilang.

Kopi rupanya tak sekedar air gula berwarna hitam, banyak sekali teori kehidupan yang dilambangkan olehnya. Salah satunya, adalah kejujuran. Ia tak pernah menipu dirinya sendiri, bahwa rasanya memang pahit, fisiknya hitam legam dan pekat.  Karena ia percaya, akan selalu ada cara untuk menikmati segala sesuatunya termasuk soal cita rasa. Kopi itu sudah pahit, untuk apa dipaksa menjadi manis? Allah telah menciptakan manusia dengan selera yang berbeda-beda, dan itulah poin terpenting yang membuat dunia memiliki beragam warna. Tak perlu susah payah menjadi sosok lain demi disukai banyak orang, ia hanya butuh menjadi diri sendiri lalu biarkan alam semesta bekerja mendatangkan penikmatnya dari berbagai kalangan. Percayalah, segala beban pelik kehidupan akan larut bersama setiap tegukan kopi yang menghangatkan hati. Kemari, duduk bersamaku, kita nikmati secangkir kehidupan dengan hangatnya sentuhan kopi yang kusajikan. 

Terinspirasi dari secangkir kopi yang menyimpan beribu filosofi, aku akhirnya memutuskan untuk unjuk diri, membangun mimpi-mimpi yang selama ini tanpa sadar tertutupi karat imajinasi. Aku terlalu asik dengan kenyamanan yang selama ini melenakan. Membuatku takut menatap dunia luar yang penuh dengan tantangan dan memilih untuk bersembunyi di balik sangkar. Mencoba untuk melangkah, menjelajah dunia lebih jauh hanya bermodalkan tumpukan buku. Perkara nanti berhasil atau tidak, itu bukan urusanku. Setidaknya aku sudah berusaha untuk mencoba daripada sama sekali tidak berbuat apa-apa. Kalaupun nanti aku gagal, itu akan jadi lebih baik dibanding berselimut penyesalan karena tidak pernah mau berjuang.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang selalu bangga menjadi dirinya sendiri, aku tak pernah gentar untuk terus melangkahkan kaki demi menemukan potensi yang selama ini tersembunyi. Menikmati alur perjalanan yang terkadang penuh liku dan duri. Bersyukur dengan apa yang aku miliki, tanpa perlu menjadi orang lain hanya untuk diminati. Mengkoreksi diri untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik di esok hari.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang kerap kali mendatangkan motivasi, aku tetap bisa berdiri walau seisi dunia meneriaki, mencaci maki. Ia seolah membisikkan cara untuk memahami potensi dan kualitas diri tanpa teori. Akan selalu ada pelangi setelah badai datang menghampiri, begitu pula hidup. Akan selalu ada kemudahan setelah kesukaran. Akan selalu ada hikmah di balik setiap masalah. Akan selalu ada pelajaran di setiap rintangan. Yang aku butuhkan hanya terus berdoa, berusaha, dan percaya kalau aku bisa melewatinya.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang hitam legam, aku menjadi paham bahwa setiap insan memiliki sisi kelam yang mungkin selama ini disembunyikan. Bahwa manusia adalah makhluk yang tak luput dari lupa dan kesalahan. Bahwa kita tak sedikitpun memiliki hak untuk menghakimi orang lain hanya dari tampilan luarnya saja. Bahwa hidup ini tak hanya dipenuhi kebahagiaan dan keindahan, tetapi juga tersisip banyak luka dan kesedihan. Bahwa yang hitam tak selalu kotor dan menyedihkan. Bahwa rupa tak selalu sama dengan kelihatannya. Cukuplah menjadi apa adanya, tanpa berpura pura agar terlihat Istimewa.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang pahit rasanya, aku menjadi yakin akan selalu ada cara untuk menikmati segala hal. Bahwa selalu ada jalan keluar dari setiap sukar. Bahwa kita tak akan pernah bisa merasakan bahagia, kalau tak pernah mencicipi sedih sebelumnya. Bahwa hidup memang getir dan pahit, maka dari itu aku harus terus bangkit. Bahwa alam semesta memang tak akan pernah berbaik hati pada kita, maka aku harus terus menjadi sekuat baja. Bahwa rasa manis tak akan pernah menjadi manis jika tak ada pahit yang menyertainya. Bahwa ada surga di setiap rasa jika kau mau untuk mencoba menikmatinya.

Terinspirasi dari kopi yang tak pernah memilih siapapun untuk menikmatinya, aku semakin disadarkan bahwa semua insan setara kedudukannya di mata Sang Pencipta. Bahwa derajat setiap manusia diukur dari banyaknya iman, takwa, dan berat kebajikannya. Bukan dari seberapa banyak harta, tahta, dan kuasa yang aku punya. Bahwa aku tak akan pernah menjadi kita jika tidak ada kamu. Bahwa sejatinya manusia hanyalah makhluk lemah yang selalu membutuhkan sesamanya.

Terinspirasi dari kopi yang selalu menjadi sahabat pagi dan pemulai hari, bahwa sepahit apapun hidup harus tetap dijalani bukan disesali. Bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Bahwa setiap manusia tidak bermula dari titik nol yang sama. Bahwa setiap manusia meraih pencapaiannya di waktu yang berbeda-beda. Bahwa senja tak akan pernah lengkap tanpa hadirnya fajar. Bahwa sebuah akhir tak akan pernah terjadi tanpa adanya awal. Bahwa hidup bukan hanya perihal mencari kesuksesan, tetapi lebih kepada bagaimana kamu terus menghamba kepada Sang Pencipta yang Maha Kaya dengan sebaik-baik pengharapan. Bahwa jatah rezeki sudah ditetapkan jauh sebelum manusia diciptakan, jadi untuk apa risau memikirkan makan asalkan usaha tak pernah putus aku jalankan.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang harus melewati proses menyakitkan demi menjadi sebuah hasil yang diharapkan, aku harus selalu percaya bahwa untuk menjadi mengagumkan seseorang perlu ditempa dengan ujian dan cobaan. Bahwa ujian bukan hanya sekedar kesukaran, tetapi untuk menyadarkan manusia akan kesalahannya yang luput dari penglihatan. Bahwa tantangan dan rintangan diciptakan untuk membuat hidup apa yang selama ini aku sebut kehidupan. Bahwa untuk mencapai kualitas hidup yang sesungguhnya aku harus selalu menikmati semenyakitkan apapun prosesnya. Bahwa selama hayat masih dikandung badan, menyerah bukanlah satu-satunya alasan. Bahwa aku hidup bukan untuk mengeluh, tetapi untuk terus bertumbuh.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang selalu memberikan kehangatan, menyadarkanku bahwa tidak semua hal butuh pembuktian kasat mata. Bahwa faktanya, banyak yang aku percaya meski tidak pernah tampak wujud dan rupanya. Bahwa aku bekerja bukan untuk sekedar menjadi kaya. Bahwa aku belajar bukan semata untuk menjadi kuat dan pintar. Tetapi untuk menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat untuk orang-orang sekitar. 

Terinspirasi dari secangkir kopi yang berhubungan erat dengan sebuah semangat, memberikanku pengajaran bahwa setiap insan berhak untuk mengukir mimpi. Bahwa setiap dari kita akan selalu memilki kesempatan untuk sebuah impian di masa yang akan datang. Bahwa sebuah kesalahan bisa menjadi awal terciptanya perubahan. Bahwa di dunia ini, banyak sekali variasi kehidupan yang dapat dijadikan sumber inspirasi. 

Terinspirasi dari secangkir kopi yang menjadi kawan di kala sunyi, seolah berkata bahwa sendiri juga memiliki arti. Bahwa mentari tetap bisa menyinari bumi walaupun sendiri. Bahwa sunyi, tak selalu berarti sepi. Namun memberikan kesempatan untukku menjenguk diri sendiri dan berintrospeksi. Bahwa sebuah kepergian atau pertemuan bisa saja hadir tanpa adanya kata permisi. Sebagaimana aku yang harus selalu bersedia memaafkan setelah berulang kali terlukai. Sebagaimana mentari yang selalu kembali esok hari setelah menenggelamkan diri. Bahwa sehebat apapun perjalanan akan tetap berujung pada dinginnya peti mati.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang menghidupkan mimpi-mimpi, bahwa seindah apapun wujudnya ia akan tetap menjadi angan yang hanya menghiasi tidur jika tak ada usaha yang menyertainya. Menghempaskanku pada kenyataan akan adanya mimpi buruk yang bisa saja hadir sewaktu-waktu tanpa undangan dariku. Menamparku keras dengan kesadaran bahwa alam semesta ini bukan panggung theater yang penuh dengan sandiwara ataupun buku novel yang sarat akan drama.

Terinspirasi dari secangkir kopi yang menyisakan bekas berupa ampas, aku akhirnya menuliskan buku ini untuk meninggalkan jejak kenangan. Supaya yang pernah ada, tak kunjung hilang. Supaya ketika aku menengok ke belakang, aku bisa merasakan kembali apa-apa yang telah aku perjuangkan. Karena kenangan ada untuk disimpan bukan dilupakan.

19 tanggapan untuk “Sebuah Filosofi

  1. Halo mbak, artikelnya keren deh. Banyak kata-kata yang sarat makna. Tapi dari semuanya saya paling suka
    “Bahwa sehebat apapun perjalanan akan tetap berujung pada dinginnya peti mati.”
    Pada akhirnya kita semua akan berakhir sama. Jadi isilah hidup dengan hal-hal bermakan, berwarna, dan menerima😊
    Btw, saya dari grup 1MIC. Salam kenal ya😁

    Disukai oleh 2 orang

  2. Keren!
    Saya pernah dengar sebuah kalimat tapi lupa lagi sumbernya.
    ” menjalani kehidupan itu seperti menikmati secangkir kopi, kadang manis kadang pahit, tapi tetap harus dijalani.”

    Disukai oleh 1 orang

    1. Wah tulisan nya keren. Bahasa nya ringan sedehana tp mewah bermakna 🙂
      Filosofi kopi nya itu top klop banget, tiap orang bisa seperti nya berbeda beda dalam merefleksi kan makna nya ya….

      Disukai oleh 2 orang

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai